Jam Massa

19 Desember 2009

PUNCAK PENUTUPAN SEA GAMES KE- 25 LAOS

Thailand Juara Umum, Balas di Jakarta!
SURYO AGUNG WIBOWO, untuk SEA Games di Jakarta, harus ada prioritas pada cabang yang berpeluang meriah banyak medali.
Jumat, 18 Desember 2009 | 19:48 WIB
VIENTIA NE, Komaps.com - Kontingen Thailand akhirnya mempertahankan gelar juara umum pesta olahraga Asia Tenggara XXV dan mengungguli pesaing terdekat, Vietnam.
Thailand yang menjadi juara umum di negaranya pada 2007 lalu kembali ke puncak dengan mengumpulkan 86 emas, 83 perak dan 97 perunggu. Mereka unggul tipis atas pwsaing tedekat, Vietnam yang mengumpulkan 83 emas 75 perak dan 57 perunggu.
Di hari terakhir, JUmat (18/12/2009),  Thailand menambah dua emas  melalui ajang tenis dan petanque. Sementara  Vietnam mendapatkan dua emas cabang menembak.
Sementara Indonesia yang merupakan raja pada masa pemerintahan Soeharto,  berada di posisi tiga  dengan mengumpulkan 43 emas 53 perak dan 57 perunggu.  Posisi tiga besar ini sesuai dengan target yang dibuat.
Indonesia tengah berusaha mengembalikan supremasi olah raga Asia Tenggara dengan memperbaiki kualitas atlet yang dikirim. Upaya pembuktian tersebut akan diwujudkan pada SEA Games XXVI yang akan berlangsung di Jakarta pada 2011 mendatang.
Waktu dua tahun tentunya cukup buat induk-induk organisasi olahraga memilih dan menyiapkan atlet-atlet mereka. Sementara para pemegang otoritas tertinggi dunia olahraga  harus memberi prioritas cabang-cabang yang mampu mendulang banyak medali seperti angkat besi, atletik, renang, fin swimming, bulu tangkis dll.
Perolehan medali SEA Games XXV:
Thailand 86 83 97 266
Vietnam 83 75 57 215
Indonesia 43 53 74 170
Malaysia 40 40 59 139
Philippines 38 35 51 124
Singapore 33 30 35 98
Laos 33 25 52 110
Myanmar 12 22 37 71
Cambodia 3 10 27 40
Brunei 1 1 8 10
East Timor 0 0 3 3

17 Desember 2009

BERITA MENARIK ( NEW )

Makin Kecil Jari, Makin Sensitif
Kamis, 17 Desember 2009 | 13:29 WIB
KOMPAS.com — Mereka yang memiliki jari jemari yang kecil, khususnya wanita, ternyata lebih sensitif terhadap sentuhan. Itu sebabnya kaum wanita lebih mahir dalam melakukan pekerjaan yang butuh sensitivitas, seperti menjahit atau melakukan operasi.

"Para pakar bidang saraf sudah mengetahui bahwa sensitivitas sentuhan tiap orang berbeda. Namun, kini baru diketahui kalau penyebabnya adalah perbedaan ukuran jari tangan," kata Daniel Goldreich dari McMaster University, Ontario, Kanada.

Makin kecil jari, makin tinggi sensitivitasnya karena reseptor sentuhan di ujung jari yang mengelilingi pangkal keringat pori-pori semakin rapat. Dibanding empat jari lainnya, jari telunjuk diketahui memiliki sensitivitas lebih tinggi dibanding jari kelingking. Para ahli juga menemukan bahwa makin sering jari digunakan, makin tinggi sensitivitasnya.

Dr Tiffany Field dari Touch Research Institute dari University of Miami School of Medicine mengatakan, sensitivitas sentuhan jari wanita mungkin karena kulit wanita lebih halus dibanding pria dan memiliki susunan sel yang berbeda.

Sementara itu, Dr Andy Bremner, peneliti yang pernah melakukan studi mengenai sensitivitas sentuhan jari anak-anak, mengatakan, pada anak, sentuhan jari tangan merupakan indera yang sangat informatif karena bagian tubuh mereka masih kecil. "Itu sebabnya orangtua dan guru harus berpikir ulang sebelum mengatakan perintah seperti, 'Boleh lihat, tapi jangan pegang'," katanya.

Ditemukan Planet Serupa Bumi yang Memiliki Air
Kamis, 17 Desember 2009 | 13:53 WIB
PARIS, KOMPAS.com - Para astronom telah menemukan sebuah planet serupa Bumi yang mayoritas  permukaannya tertutup air. Planet itu berukuran lebih besar dengan radius 2,7 kali radius Bumi.  Demikian diungkapkan dalam penelitian yang dipublikasikan Rabu (16/12/2009) dalam journal ilmiah Nature.
Planet yang kemudian disebut "Bumi super" itu berada sejauh 42 tahun cahaya di sistem tata surya lain. Adapun satu tahun cahaya adalah jarak yang bisa ditempuh cahaya dalam setahun atau sekitar 9.460.730.472.580.800 kilometer.
Penemuan planet GJ 1214b itu merupakan langkah maju dalam usaha pencarian planet lain yang mirip Bumi, kata Geoffrey Marcy, peneliti dari Universitas California. Meski begitu, menurut penelitian di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, planet yang baru ditemukan itu terlalu panas untuk bisa mendukung kehidupan.
"Kepadatannya menunjukkan bahwa meski tiga perempat bagiannya ditutupi air dan seperempatnya batuan, namun ada petunjuk planet itu memiliki atmosfer penuh gas," demikian dituliskan di laporan Nature. Suhu di sana diperkirakan antara 120 hingga 280 derajat Celsius, walau bintang di pusatnya berukuran sekitar seperlima Matahari kita. Planet "Bumi super" itu mengelilingi bintangnya yang kecil dan redup tiap 38 jam.
Bila dijajarkan dengan planet-planet luar (exoplanet) lain yang juga mirip Bumi, planet ini berukuran lebih kecil, lebih dingin dan paling mirip dengan Bumi. Exoplanet adalah planet yang berada di luar sistem tata surya kita.
Adapun mengenai keberadaan air di sana, disebutkan bahwa air itu kemungkinan berbentuk kristal yang terjadi akibat tekanan 20.000 kali lebih besar dibanding tekanan di atas permukaan laut Bumi.
Sedangkan dibanding planet temuan lain, misalnya CoRoT-7b yang mengelilingi sebuah bintang amat panas, planet baru ini relatif jauh lebih dingin. CoRoT-7b memiliki kepadatan mendekati Bumi (5,5 gram per centimeter kubik) dan sepertinya berbatu, sementara GJ 1214b sepertinya hanya memiliki kepadatan 1,9 gram/cm3. Mengingat kepadatan planet yang sedemikian rendah, pasti ada air dalam jumlah besar di sana, kata peneliti.

Ciaaat... Monyet Jagoan Taekwondo Hajar Pelatih
Kamis, 17 Desember 2009 | 13:16 WIB
NSHI, KOMPAS.com — Jangan semena-mena terhadap binatang nanti kena tulah, kata para tetua. Entahlah, apakah pria ini ini kena tulah atau tidak. Sepasukan monyet yang telah dilatihnya untuk pertunjukan seni bela diri taekwondo melakukan balas dendam terhadapnya.

Lo Wung (42), pria itu mengajar monyet-monyet tersebut sehingga mereka dapat menghibur kerumunan orang di luar pusat pertokoan di Nshi, Provinsi Hubei, China bagian timur. Namun, primata yang mendatangkan uang itu membalikkan meja-meja Lo saat dia terpeleset dalam sebuah pertunjukan. Seekor monyet tanpa pikir panjang langsung menghajar sang pelatih dengan tendangan di kepala.

Hu Luang (32), penonton yang memotret insiden itu, mengatakan, "Saya melihat seekor (monyet) meninju tepat di matanya, dia (Lo) menangkap yang lain di telinganya dan itu ditanggapi monyet itu dengan menyabet hidung sang pelatih. Mereka berjingkrak-jingkrak dan melompat ke sana kemari. (Adegan) itu lebih baik dari sebuah film Bruce Lee."

Pada suatu kesempatan, pelatih itu mendorong seorang stafnya untuk menyerang monyet-monyet itu. Hal itu justru menjadikan dirinya berhadapan dengan seekor monyet yang mengayunkan tongkat lalu menghajar kepalanya.

Lu Wung akhirnya berhasil mengendalikan monyet-monyet itu dengan menggunakan tali yang biasa digunakan untuk menghentikan mereka saat melarikan diri.

Hu mengatakan, "Dia (pelatih itu) sangat gusar, dia membuat monyet-monyet itu berlutut di tanah dengan tangan-tangan diikat ke belakang untuk menghukum dan membuat mereka menyesal atas serangan buruk tersebut."

11 Desember 2009

SEJARAH PUNCAK KEEMASAN INDONESIA DI SEA GAMES

Indonesia 1986-87, Saat Merah-Putih Berkibar
Ricky Yakobi (kiri) dan kawan-kawan saat mengalahkan Burma (sekarang Myanmar) 4-1 di semifinal SEA Games 1987. Indonesia akhirnya tampil sebagai juara untuk pertama kalinya.
Artikel Terkait:
Jumat, 11/12/2009 | 08:11 WIB

"Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku.....Indonesia raya merdeka-merdeka, hiduplah Indonesia raya…"

JUTAAN anak bangsa tak kuasa menahan haru mendengar lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di langit biru. Rasa bangga tak terkira, karena hanya para juaralah yang berhak menyanyikan lagu kebangsaannya di arena pertarungan antarbangsa. Dan, timnas Indonesia berhak menyanyikan lagu sakral tersebut sebagai imbalan mengangkangi medali emas SEA Games 1987. Untuk pertama kalinya pula, sepak bola Indonesia mampu mengibarkan bendera Merah-Putih di kejuaraan antarbangsa.

Saat itu,  langit bulan September betul-betul terasa biru bagi rakyat Indonesia. Lewat gol tunggal Ribut Waidi di menit ke-91 ke gawang Malaysia di partai final, untuk pertama kalinya Indonesia bisa merengkuh medali emas sepak bola di ajang SEA Games.

Ini merupakan trofi antarbangsa pertama yang pernah direbut timnas Indonesia. Dominasi Thailand dipatahkan. Kekuatan Malaysia dibenamkan. Sungguh prestasi yang heroik. “Pendahulu-pendahulu kami juga tak kalah hebatnya, tapi mereka tidak pernah berhasil mempersembahkan gelar juara. Wajar jika kami sangat bangga atas prestasi ini,” ujar Patar Tambunan, gelandang kanan yang ikut berandil mempersembahkan medali emas SEA Games 1987, Selasa (21/12)

Tidak hanya Patar Tambunan yang patut berbangga hati. Semua pecinta bola Indonesia pastilah ikut bangga. Melihat prestasi timnas Indonesia kala itu, semua warga yang punya KTP Indonesia bisa sedikit mendongakkan kepala. Indonesia bukan lagi tim macan kertas. Indonesia adalah yang terkuat, setidaknya di Asia Tenggara.

“Malah kami juga terhitung 4 besar di Asia,” ucap striker legendaris Indonesia, Ricky Yakobi, Selasa (21/12). Statemen Ricky bukan sekadar bualan. Satu tahun sebelumnya, tim perebut medali emas SEA Games 1987 ini berhasil menapaki babak semifinal Asian Games 1986. Ini adalah prestasi tertinggi dalam lembaran sejarah sepak bola nusantara. Yang hingga saat ini, Indonesia belum bisa mengulanginya.

BERSATU LUAR-DALAM
Tak dapat disangkal, timnas Indonesia 1986-87 merupakan timnas terhebat yang pernah dimiliki Indonesia – jika ukurannya trofi antarbangsa. Saat itu Indonesia punya pemain besar semacam Herry Kiswanto, Rully Nere, Robby Darwis, dan Ricky Yakobi. Talenta hebat yang kemudian berpadu dengan pelatih tak kalah hebat, mendiang Bertje Matulapelwa.

“Bertje adalah pelatih hebat. Prinsip open management yang diterapkannya mampu menciptakan iklim tim yang kondusif,” kenang asisten pelatih Bertje kala itu, Sutan Harhara, Selasa (21/12).

Prestasi Indonesia kala itu memang tak bisa dilepaskan dari sosok pelatih yang dijuluki Sang Pendeta tersebut. Dia bisa menyatukan pemain dari unsur yang berbeda, Galatama dan Perserikatan. Patut dicatat, saat itu beredar rumor bahwa pemain alumni Galatama tidak begitu akur dengan alumni Perserikatan.

Embrio generasi emas itu terbentuk, pada akhir 1985. Setelah proyek timnas Garuda 1 selesai, PSSI memberikan mandat kepada Bertje guna membentuk tim baru. Mandat yang berat, pasalnya mental Indonesia sedang terpuruk setelah dibantai Thailand 0-7 di SEA Games 1985.

Bertje mencoba membangkitkannya.  Dengan lugas dia mengumpulkan talenta berbakat dari Galatama (seperti Ricky Yakobi dan Nasrul Koto), Perserikatan (Robby Darwis, Ribut Waidi dll) dan sejumlah alumni Garuda 1 (semacam Patar Tambunan dan Marzuki Nyak Mad).

Proses pembentukan tim yang padu, ujar Sutan Harhara, ternyata gampang-gampang susah. Saat tim sudah lumayan padu, pada medio 1986 iklim tim hampir rusak karena masalah duit. Uang saku dari PSSI kepada pemain dinilai terlalu minim.
Bayangkan saja, hadiah dari KONI untuk medali emas hanya 1 juta per pemain. Sedangkan uang saku per bulannya selama pelatnas tak kalah mepet, kurang dari Rp 750 ribu/bulan.  Herry Kiswanto berkisah, dia bersama semua anggota tim pernah meminta kenaikan uang saku.

Sayang, tuntutan tersebut tak digubris. Patah semangat? Untungnya tidak. Panggilan membela negara, ujar Herry Kiswanto, jauh lebih penting. Berkat suntikan semangat dari Bertje, para pemain Indonesia membuang jauh-jauh nafsu mengumpulkan duit. Yang tertanam hanya satu kalimat, kibarkan sang merah-putih di langit internasional Tim Merah-Putih di tangan Bertje, sebulan sebelum Asian Games digelar, sempat melakukan uji coba sebulan lebih di Brasil. Formasi baru 4-3-3 yang memasang Ricky Yakobi sebagai striker tunggal ternyata lumayan paten. Hasilnya terbaca pada Asian Games 1986. Indonesia lolos ke semifinal. Sayang untuk kemudian kandas di tangan Korea Selatan.

Usai Asian Games, Bertje melakukan perubahan besar. Ban kapten dipindahkan dari lengan Herry Kiswanto ke Ricky Yakobi. Padahal umur Ricky kala itu baru 23. “Bertje ingin melakukan regenerasi. Dan, aku merasa sudah saatnya dilakukan,” ujar Herry.
Regenerasi itu berlangsung cemerlang. Indonesia benar-benar terbang tinggi di SEA Games 1987 Jakarta. Di hadapan pendukung setia, Indonesia tampil trengginas. Usai membambat Burma 4-1 di semifinal, Indonesia menjinakkan Malaysia 1-0 di partai puncak.
Indonesia juara. Merah-Putih pun berkibar di langit Asia Tenggara. (yoyok/SOCCER)

Fakta timnas Indonesia 1986-87
Pelatih : Bertje Matulapelwa
Skuad : Ponirin Meka, Jaya Hartono, Robby Darwis, Herry Kiswanto, Marzuki Nyak Mad, Sutrisno, Budi Wahyono, Patar Tambunan, Nasrul Koto, Rully Nere, Azhary Rangkuti, Ricky Yakobi, Ribut  Waidi.
Prestasi : Semifinal Asian Games 1985, Juara SEA Games 1987

Raihan Timnas PSSI di level SEA Games
Indonesia baru resmi ikut ajang SEA Games pada 1977. Selama kurun itu hingga saat ini, Indonesia hanya sempat 2 kali terbang tinggi. Pertama pada SEA Games 1987. Kedua pada 1991. Setelah itu prestasi Tim Merah-Putih cenderung melorot.

1977 - Semifinal
1979 - Peringkat ke-2
1981 - Peringkat ke-3
1983 - Penyisihan grup
1985 - Semifinal
1987 - Juara
1989 - Peringkat ke-3
1991 - Juara
1993 - Semifinal
1995 - Penyisihan grup
1997 - Peringkat ke-2
1999 - Peringkat ke-3
2001 - Semifinal
2003 - Penyisihan grup
2005 – Semiifinal
2007 – Penyisihan gup
2009 – Penyisihan grup

GELANGGANG ASEAN GAMES

Hari Kedua, Sepak Bola Coreng Kebanggaan Indonesia
Sepak bola yang mencoreng muka pasukan Merah-putih. Setelah dipermalukan Laos pada pertandingan kedua, Indonesia kembali menelan kekalahan 1-3 dari Myanmar di partai pamungkas penyisihan Grup B, yang membuatnya jadi juru kunci.
Kamis, 10 Desember 2009 | 21:58 WIB
VIENTIANE, Kompas.com - Indonesia meraih hasil yang cukup membanggakan pada hari kedua SEA Games XXV 2009 Laos, Kamis (10/12/09). Pasalnya, lima emas dan 10 perunggu berhasil di raih para punggawa Tanah Air.

Hanya sepak bola yang mencoreng muka pasukan Merah-putih. Setelah dipermalukan Laos pada pertandingan kedua, Indonesia kembali menelan kekalahan 1-3 dari Myanmar di partai pamungkas penyisihan Grup B, yang membuatnya jadi juru kunci.

Tapi di tiga cabang olahraga (cabor) lain, Indonesia tampil cukup bagus. Cabor sepeda gunung, angkat besi dan karate, mempersembahkan emas.

Emas pertama yang ditunggu-tunggu berasal dari atlet sepeda gunung putri Risa Suseanty, dan tidak lama kemudian disusul oleh rekan putranya Popo Ario Sejati pada pertandingan yang digelar di Dane Soung Saythany District, sekitar 60 km dari Ibukota Vientiane.

Risa, peraih perunggu Asian Games Busan 2002 itu, mencatat waktu tiga menit 13,22 detik. Dia mengungguli dua atlet Thailand Ausanee Pradupyard (03:16.53) dan Vipadee D (03:16.76).

Sementara Popo yang bersaing dengan sembilan pebalap lainnya, mencatat waktu tercepat dua menit 49,45 detik. Dia juga mengalahkan dua pebalap Thailand, Tanaphon Jarupeng  (02:50.84) dan Sitichai K. (02:53.92).

Sementara pebalap Indonesia lainnya, Agus Suherlan, harus puas berada di peringkat empat (02:54.3).

Bagi Popo, sukses tersebut sekaligus memupus kekecewaannya ketika ia gagal mempersembahkan medali pertama di SEA Games 2007 Nakhon Ratchasima.

Bendera Merah Putih kembali berkibar dan lagu Indonesia Raya pun berkumandang setelah lifter Jadi Setiadi secara dramatis mengalahkan peraih perak Olimpiade Beijing 2008 Hoang Anh Tuan dari Vietnam di nomor 56 kg putra.

Kubu angkat besi patut bergembira karena Jadi sebenarnya hanya ditargetkan meraih perak karena dia harus bersaing dengan Hoang Anh yang lebih diunggulkan. Tapi yang terjadi malah di luar dugaan, karena Hoang Anh justru gagal merebut medali perunggu sekalipun.

Pada waktu yang hampir bersamaan, cabang karate juga menyumbang dua emas melalui Faisal Zainuddin yang bertanding di nomor kata perorangan, serta nomor kata beregu putra.

Alex Noerdin, Gubernur Sumatera Selatan yang dipercaya sebagai Ketua Kontingen Indonesia, tampak sumringah saat ditemui usai menyaksikan pertandingan cabang tenis meja di komplek olah raga Univesitas Nasional.

"Indonesia sudah ’pecah telor’ melalui nomor sepeda gunung dan saya berharap untuk hari berikutnya akan terus seperti ini," kata Alex.

Menurutnya, hasil yang diperoleh Indonesia sudah maksimal dan sesuai dengan apa yang telah diprediksi sebelumnya.

"Ini adalah hasil perjuangan atlet dan juga perjuangan untuk seluruh bangsa Indonesia yang berharap prestasi Indonesia kembali bangkit," katanya.


Memalukan! Indonesia Kalah Lagi dan Jadi Juru Kunci
Pemain Indonesia Tony Sucipto (kanan), melepaskan tembakan, sementara itu pemain Myanmar Aye San, berusaha mengadangnya. Dalam pertandingan pamungkas penyisihan Grup B SEA Games XXV 2009 Laos, Kamis (10/12/09) di National Stadium Sports Complex Main Stadium ini, Myanmar menang 3-1 dan memelihara peluang ke semifinal. Mereka menunggu hasil duel Singapura vs Laos. Sementara itu, Indonesia dipastikan tersingkir karena hanya menuai satu poin dari tiga laga yang dilakoninya sehingga menjadi juru kunci.
Kamis, 10/12/2009 | 17:53 WIB

VIENTIANE, Kompas.com - Memprihatinkan dan memalukan! Tim sepak bola Indonesia yang tampil di SEA Games XXV 2009 Laos harus pulang dengan kepala tertunduk lesu, karena mereka kembali gagal di pertandingan pamungkas penyisihan Grup B, menyusul kekalahan 1-3 dari Myanmar, Kamis (10/12/09), di National Stadium Sports Complex Main Stadium.

Dengan demikian, pasukan "Garuda" yang menjadi kebanggaan masyarakat sepak bola di Tanah Air menjadi juru kunci Grup B, karena hanya menuai satu poin dalam tiga pertandingan yang sudah dilakoninya. Prestasi terbaik di pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara ini adalah hasil 2-2 melawan Singapura di partai pembuka.

Selanjutnya, Indonesia harus menanggung malu. Di partai kedua ketika melawan tuan rumah Laos, gawang Indonesia kebobolan dua kali dan tidak mampu membalas satu gol pun.
Ini yang benar-benar mencoreng wajah sepak bola Indonesia, karena sepanjang sejarahnya di SEA Games, Indonesia tak pernah kalah dari Laos. Hasil ini akhirnya meruntuhkan sejarah yang "diagung-agungkan".
Pada laga terakhir yang ikut menentukan nasibnya, Indonesia justru kalah lagi dengan skor tersebut. Dengan demikian, sempurnalah kegagalan timnas U-23 yang diharapkan bisa berprestasi di ajang dua tahunan ini karena bukan cuma tersingkir di penyisihan, tetapi juga sebagai penghuni dasar klasemen.

Kemenangan ini membuat Myanmar justru memiliki peluang untuk lolos ke semifinal. Runner-up SEA Games 2007 ini tinggal menunggu hasil duel Singapura vs Laos, karena jika dua negara tersebut saling mengalahkan, maka Myanmar tinggal berada selisih gol. Tetapi jika Laos dan Singapura bermain aman dan berakhir dengan skor imbang, maka Myanmar tersisih karena Singapura dan Laos yang maju ke semifinal.
Tampil tanpa tiga pemain pilarnya yang cedera, Indonesia langsung dikejutkan oleh gol cepat Myanmar pada menit ke-6. Gol ini tercipta melalui titik penalti yang dieksekusi dengan sempurna oleh Tun Tun Win.

Penalti diberikan wasit Kim Jong Beok setelah terjadi pelanggaran di kotak penalti Indonesia yang dilakukan oleh Ruben Karel.

Permainan Indonesia sepanjang babak pertama sebenarnya tak begitu buruk karena beberapa kali terjadi peluang, di antaranya melalui Rendi. Sayang, tak ada yang berbuah gol sehingga skor 1-0 bertahan sampai jeda.

Di awal babak kedua, Myanmar kembali menggebrak. Duel baru berlangsung tujuh menit, Pai Foe berhasil mengoyak jala Frenky Irawan, untuk mengubah skor menjadi 2-0.

Tertinggal dua gol, para pemain Indonesia sempat panik. Namun perlawanan keras masih tetap bisa dilancarkan oleh Tony Sucipto dkk.

Usaha Indonesia untuk mencetak gol baru membuahkan hasil pada menit ke-72, melalui gelandang Persipura Jayapura, Stevi Bonsapia. Semangat tarung para pemain Indonesia pun kembali menggelora.

Sayang, di tengah upaya keras untuk mengejar gol tambahan, Myanmar malah berhasil menambah skor lagi menjadi 3-1 pada menit ke 81 melalui Moe Win.

Usai pertandingan, Ketua Umum PSSI Nurdin Halid yang menyaksikan langsung pertandingan tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Namun ia tetap memberikan apresiasi atas perjuangan para pemain di lapangan.

"Para pemain sebenarnya tampil bagus. Mereka juga bisa mendominasi pertandingan. Tapi entah mengapa pemain kita seperti sulit mencetak gol," kata Nurdin.

Hasil yang diperoleh Indonesia pada SEA Games kali ini lebih buruk dari edisi sebelumnya. Hanya satu poin yang diperoleh dari tiga pertandingan, tatkala menahan imbang Singapura. Dua pertandingan lainnya berakhir dengan kekalahan.

 
Tenis Putra dan Putri Indonesia ke Semifinal
Sunu Wahyu Trijati, mengawali kemenangan Indonesia ketika melawan Kamboja di nomor beregu putra tenis SEA Games XXV 2009 Laos. Indonesia maju ke semifinal.
Kamis, 10 Desember 2009 | 20:40 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Tim tenis beregu putra dan putri Indonesia maju ke semifinal SEA Games XXV 2009 Laos. Pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Tenis National Sport Complex Vientiane, Kamis (10/12/2009), tim Indonesia itu menaklukkan lawan-lawannya.

Di beregu putra, tim Indonesia maju ke babak empat besar setelah menundukkan Kamboja 3-0.

Kemenangan diawali Sunu Wahyu Trijati yang menundukkan Bun Kenny 6-0, 6-1, kemudian diikuti Christopher Rungkat yang menundukkan Tan Nysan 6-4, 6-4. Di ganda, Christopher Rungkat yang berpasangan dengan Nesa Arta menundukkan Bun Kenny/Tan Nysan 6-1, 6-1.

Pada semifinal, Jumat (11/12/2009), tim Indonesia akan berhadapan Filipina yang menyingkirkan Laos 3-0. Pada semifinal lainnya, Thailand yang mendapat bye akan berhadapan Vietnam yang menyisihkan Malaysia 2-1.

Sementara itu, di beregu putri, Indonesia menundukkan Laos 3-0. Lavinia Tananta mengalahkan Daravanh 6-1, 6-1, kemudian Ayu Fani Damayanti menundukkan Dala 6-0, 6-1.

Di ganda, Sandy Gumulya/Jessy Rompies melengkapi kemenangan dengan menundukkan Dala/Daravanh 6-1, 6-0.

Di semifinal, Ayu dan kawan-kawan akan berhadapan Malaysia yang menyisihkan Kamboja juga dengan 3-0. Sedangkan semifinal lainnya, Thailand yang mendapat bye akan berhadapan dengan Filipina yang menyisihkan Vietnam 2-1.


Jadi Setiadi Tambah Emas Indonesia
Atlet angkat berat Jadi Setiadi merayakan kemenangannya setelah menambah medali emas bagi Indonesia dengan memenangi nomor 56kg pada SEA Games Laos, Kamis (10/12/2009).
Kamis, 10 Desember 2009 | 15:32 WIB
LAOS, KOMPAS.com — Atlet angkat berat, Jadi Setiadi, menambah medali emas bagi Indonesia dengan memenangi nomor 56 kg pada SEA Games Laos, Kamis (10/12/2009).

Keberhasilan Jadi Setiadi membawa Indonesia untuk sementara ke posisi kedua perolehan medali secara keseluruhan dengan tiga emas dan sembilan perunggu. Medali perak pada nomor yang sama diperoleh Pyae Phyo dari Myanmar. Adapun Amirul Hamizan mempersembahkan medali perunggu untuk Malaysia.

Posisi teratas perolehan medali masih ditempati Thailand dengan lima emas, empat perak, dan lima perunggu.

Tempat ketiga dihuni Vietnam dengan dua emas, empat    perak, dan lima perunggu.


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger