Kutub Bakal Tak Punya Es
Artikel Terkait:
Senin, 19 Oktober 2009 | 07:38 WIB
KOMPAS.com
— Para peneliti meramalkan, Laut Artik (kutub) akan bebas es pada musim
panas dalam satu dekade mendatang. Setelah musim semi berlalu, para
peneliti kembali mengukur ketebalan es sepanjang 450 kilometer dengan
rute menyeberangi Laut Beaufort. Mereka menemukan sebagian besar es
sangat tipis.Pemimpin ekspedisi dan pakar es lautan dari University of Cambridge, Peter Wadhams, mengatakan, pada musim semi tahun lalu rata-rata ketebalan es hanya 1,8 meter, menandakan usia lapisan itu sekitar satu tahun. Sementara itu, es yang sudah bertahun-tahun sekitar 3 meter.
Tipisnya lapisan tersebut menjadi indikasi penting kondisi memprihatinkan es di Laut Artik. ”Secara sederhana, es tipis itu akan sekejap hilang pada musim es mulai meleleh,” ujarnya. Angin dan arus laut dapat pula memecah es yang tipis itu. Es yang terpecah dan mengapung bebas akan mudah terdorong ke wilayah perairan yang lebih hangat dan mencair. Catlin Arctic Survey dan kelompok konservasi internasional WWF mendukung penemuan tersebut.
Situasi es di Artik tersebut sangat dipengaruhi iklim dan kondisi alam. Kondisi es di Laut Artik kerap pula dikaitkan dengan perubahan iklim dan pemanasan global.
Bayi Al Quran Terbitkan Harapan Baru
Kekerasan dan perang menjadi makanan sehari-hari di kawasan itu.
Kamis, 22 Oktober 2009, 11:11 WIB
Edy Haryadi
|
Mereka masih memperbicangkan keajaiban di kulit bayi itu. Yakni tulisan Al Quran yang muncul di lengan, paha, dan perut Ali Yakubov. Salah satu ayat yang tertuang berkata 'Berterimakasih dan bersyukurlah pada Allah.'
“Fakta keajaiban ini adalah sebagai sinyal bagi kami untuk membimbing saudara dan saudari kami menemukan perdamaian,” kata Sagid Murtazaliyev, kepala wilayah Kizlyarsekitar 150 km utara Makhackala, ibukota Dagestani di tepi Laut Kaspia.
“Kita tak boleh lupa perang tengah berlangsung di sini,” ujarnya saat mengundang wartawan melihat kondisi bayi itu untuk menunjukkan itu adalah pertanda dari Tuhan.
Islam di Rusia dipercaya oleh etnis di Dagestan, di mana tiga juta penduduk bicara dalam 30 bahasa dan mengklaim Derbent sebagai kota tertua di Rusia.
Serangan bom bunuh diri dan serangan pada polisi dan aparat keamanan setempat sering terjadi di Dagestan, Ingushetia yang bertetangga dengan Chechnya, di mana tentara Rusia berperang dengan dua gerakan separatis terpisah. Perang itu telah memecah kedamaian di Kaukasus Utara.
Seperti diberitakan, seorang bayi di Dagestan, Rusia, membuat tim dokter yang menanganinya kebingungan. Ali Yakubov, bayi berusia sembilan bulan itu memiliki keanehan pada sekujur kulitnya. Keanehan itu berupa tulisan Arab seperti ayat suci Al Qur'an berwarna merah di permukaan kulit.
Pada satu lengan bayi tertulis “Allah maha pencipta.”
“Pertama, terjadi kemerahan di kulitnya. Setelah itu kami melihat muncul kata Allah,” kata ibu Ali, Madina Yakubova menjelaskan prosesnya.
Tulisan itu muncul setiap hari Senin dan Jumat. Lalu tulisan itu menghilang. Ketika tulisan itu akan muncul kembali, Ali tidak bisa tidur. Suhu badannya tinggi dan obat-obatan tak bisa menurunkan panas tubuh itu.
0 komentar:
Posting Komentar
AyO SaUdaRaKu BeRgAbuNGlAh!!!