Jam Massa

31 Desember 2009

SELAMAT JALAN MANTAN PRESIDENKU GUSDUR

Burung Pun Bernyanyi untuk Gus Dur
Kamis, 31 Desember 2009 | 10:56 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kicau burung mulai meramaikan suasana kediaman almarhum KH Abdulrahhmad Wahid pagi ini, Kamis (31/12/2009). Rupanya, ketujuh burung kesayangan Gus Dur ini ingin turut mengantarkan kepergian tuannya menuju ketenangan. "Gus Dur memang suka burung, yang ini kesayangan Gus Dur," ujar Hisbullah seorang santri yang turut merawat burung peliharaan Gus Dur.
Sebelum tuannya diberangkatkan ke Jombang, burung-burung yang terdiri dari jenis murai batu, cicak hijau, jalak bali, dan beo ini diamankan di sebuah bangunan tertutup di depan rumah utama Gus Dur, Warung Sila, Ciganjur Jakarta Timur, agar tidak menganggu upacara pelepasan jenazah Gus Dur.
Tak lama setelah Gus Dur diberangkatkan ke tempat peristirahatannya, burung-burung ini mulai meramaikan teras rumah utama. "Setiap pagi mereka dikasih makan. Dulu sih pagi Pak Gus Dur sering lihat burung, akhir-akhir ini tidak," ujar Onit salah satu karyawan rumah Gus Dur saat mengeluarkan burung-burung dan memberi makan burung.
Alunan ayat suci Al Quran mulai terdengar dari rumah utama kediaman Gus Dur. Saat santri mulai membacakan alunan ayat Al Quran, burung-burung kesayangan Gus Dur nampak lebih tenang seolah turut mendengarkan alunan ayat suci.
Terlihat kediaman mantan Presiden RI ini nampak sepi. Hanya beberapa orang santri dan pihak keluarga mengikuti pengajian yang digelar di rumah utama. Karangan-karangan bunga bertuliskan bela sungkawa masih menghiasi pintu rumah utama. Tak lama sebelum ini, sebuah karangan bunga besar yang harum mawar, lili, anggrek, dan dahlia dengan nama pengirim Sesmenko Polhukam tiba di depan rumah utama.

Gus Dur yang Kembalikan Nama "Papua" untuk "Irian Jaya"
Ilustrasi
Kamis, 31 Desember 2009 | 10:09 WIB
JAYAPURA, KOMPAS.com - Sekretaris Jendral (Sekjen) Presidium Dewan Papua (PDP), Thaha M Alhamid menyatakan, Gus Dur mampu menjembatani segala perbedaan yang ada dalam kelompok masyarakat tertentu di Papua untuk menyelesaikan permasalahan di daerah tersebut.
  
"Gus Dur mampu mengalihkan kekalutan politik di Papua pada tahun 2000 silam melalui proses-proses bermartabat yang jauh dari tindakan anarki yang melibatkan pertentangan antara rakyat dengan aparat," ujar Thaha di Jayapura, Kamis.
  
Dikatakannya, rakyat Indonesia, termasuk masyarakat Papua masih membutuhkan nasihat dan ketokohan Gus Dur dalam menyelesaikan persoalan-persoalan politik dan sosial yang muncul baik yang sifatnya vertikal maupun horizontal.
  
Thaha mencontohkan salah satu peran Gus Dur dalam mengakomodasi aspirasi masyarakat Papua pada tahun 2000 lalu adalah diberinya izin untuk melaksanakan musyawarah besar atau Kongres Papua. "Kongres Papua menjadi forum politik bagi masyarakat Papua untuk menyatakan gagasan dan aspirasi mereka yang selama pemerintahan-pemerintahan sebelumnya mengalami kebisuan," tandasnya.
  
Melalui kegiatan tersebut lanjut dia, Gus Dur menunjukkan dirinya sebagai seorang yang pluralis sekaligus melindungi kelompok-kelompok minoritas yang selama ini terpinggirkan.
  
"Setelah Gus Dur wafat, saya berharap ada tokoh Indonesia lainnya yang dapat mengganti figur dan karakter beliau, terutama dalam menyikapi dan memberikan nasihat-nasihat politik menyangkut permasalahan bangsa," kata Thaha.
  
Pada 31 Desember 1999, Gus Dur yang menyempatkan diri melewatkan pergantian tahun di Jayapura sekaligus menyatakan mengembalikan nama "Papua" untuk mengganti "Irian Jaya" yang diberikan pada pemerintahan Presiden Soeharto. Nama Papua disebutkan dalam Manifest yang dicetuskan Komite Nasional Papua yang menyatakan, "Nama tanah kami menjadi PAPOEA BARAT dan nama bangsa kami menjadi PAPOEA." Manifest tersebut ditulis dalam sebuah harian "Pengantara" pada 21 Oktober 1961.

0 komentar:

Posting Komentar

AyO SaUdaRaKu BeRgAbuNGlAh!!!

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger